Rabu, 27 April 2016

Takziyah untuk Prof. Dr. KH. Ali Mushthofa Yaqub. MA

Posting salah satu perjalanan beliau dg Gus Dur. Artikel ini diperoleh dari web IIQ Jakarta. Mohon ijin.

Antara Gus Dur dan Prof. Dr. KH. Ali Mushthofa Yaqub. MA

Seorang Kawan bertanya kepada Kiai Ali Mustafa Yaqub:

“Pada waktu rombongan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghadap Presiden Soeharto, Ustadz menganjurkan agar nanti waktu bersalaman dengan Pak Harto, para ulama tidak membungkuk atau menundukkan kepala. Ternyata ketika berjabat dengan Gus Dur, Ustadz bukan saja membungkuk, tetapi justeru mencium tangan Gus Dur. Ini membuktikan bahwa Ustadz tidak konsisten terhadap pendapat Ustadz. Bagaimana hal ini bisa terjadi?”

Kiai Ali Mustafa Ya’qub:

“Benar sekali yang anda sebutkan itu. Pada waktu MUI menghadap Pak Harto, kami memang punya sikap seperti itu. Sikap itu kami ambil dari keterangan Imam Nawawi dalam kitabnya, Al-Tibyan fi Adab Hamalah al-Qur’an, dimana beliau menuturkan bahwa di antara adab para ulama dan pengajar al-Qur’an itu adalah tidak boleh menghinakan diri dan ilmunya.
Bagi kami, Presiden itu adalah simbol kepemimpinan dunia, sedangkan ulama merupakan simbol kepemimpinan agama atau akhirat. Pimpinan agama tidak boleh merendahkan dirinya di hadapan pimpinan dunia, karena hal ini berarti merendahkan agama itu sendiri. Bahkan ada sebuah hadis menuturkan (yang artinya) “Seburuk-buruk umatku adalah ulama yang sering mendatangi penguasa” (HR. Ibn Majah).

Itulah pendapat kami tentang sikap yang harus dimiliki oleh ulama terhadap para penguasa. Meskipun dengan catatan bahwa hal itu tidak berarti meninggalkan sikap tawadhu. Ulama di hadapan penguasa tidak boleh menghinakan dirinya, tetapi harus tetap tawadhu. Sementara penguasa yang kami maksud itu bukanlah penguasa yang sekaligus ulama, yang pada waktu itu adalah Presiden Soeharto.

Karenanya, khusus untuk Gus Dur, beliau itu adalah ulama sebelum menjadi presiden. Apalagi khusus untuk kami, Gus Dur itu adalah guru kami. Kami menjadi murid beliau sejak tahun 1971. Kami belajar Bahasa Arab dan mengaji kitab Qatr al-Nada dari beliau.”

Kawan:
“Tetapi ustadz mencium tangan Gus Dur sampai dua kali. Begitu kami melihat di layar televisi. Apakah ini tidak berlebihan?”

Kiai Ali Mustafa Yaqub:

“Bukan Cuma dua kali kami mencium tangan Gus Dur, tetapi ribuan kali. Setiap kami bertemu beliau, sejak pertama kali kami bertemu beliau di Tebuireng tahun 1971, kami selalu mencium tangan beliau.

Tentang mencium tangan dua kali dalam acara malam itu, baiklah kami jelaskan, bahwa mencium tangan yang pertama itu atas inisiatif kami sendiri. Rasanya tidak etis, beliau itu guru kami, kami duduk dalam satu majelis dengan beliau, kemudian kami tidak menyalami beliau. Sementara beliau tahu bahwa kami ada di majelis itu. Sedangkan untuk mencium tangan yang kedua, karena kami dipanggil oleh beliau, beliau mau menanyakan sebuah istilah yang kami sebutkan dalam ceramah tadi. Dan apapun yang terjadi pada diri Gus Dur, baik beliau menjadi Presiden maupun rakyat biasa, beliau adalah tetap guru kami dan kami adalah santri atau murid beliau yang akan selalu menghormati beliau, meskipun kami tidak selamanya sependapat dengan beliau. Dan bagi kami, hal ini tidak menjadi masalah karena para ulama dulu tidak selamnya sependapat dengan gurunya. Sebut saja misalnya, Imam Ahmad bin Hanbal, beliau adalah murid Imam Syafi’i. Namun dalam berijtihad, Imam Ahmad bin Hanbal tidak selamanya sama dengan Imam Syafi’i. Bahkan kemudian Imam Ahmad bin Hanbal memiliki madzhab sendiri dalam bidang fiqh.”

Kawan:
“Dalam amanatnya, Gus Dur menyebut-nyebut Ustadz sebagai adik dalam pemikiran. Apa maksud beliau, karena ada yang menuduh selama ini beliau berpikiran sekuler. Apakah Ustadz juga adik dalam pemikiran sekuler?”

Kiai Ali Mustafa Yaqub:

“Sebenarnya beliau telah menjelaskan sendiri apa yang beliau maksud dengan adik dalam pemikiran itu. Beliau itu adalah murid dari Pro. Dr. Muhammad Musthafa Azami, seorang pakar Ilmu Hadis masa kini, kelahiran India. Beliau tampaknya juga mengagumi Azami. Beliaulah orang yang pertama kali memperkenalkan nama Azami di Indonesia, yaitu dalam acara Dies Natalis Universitas Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang, pada tahun 1972.
Beliau menyampaikan ceramah Dies Natalis dengan judul Sumbangan MM Azami dalam Penyelidikan Hadis. Acara Dies Natalis itu dihadiri oleh para pakar, para ulama, dan dua orang menteri waktu itu, yaitu Menteri Agama H. A. Mukti Ali dan Menteri Penerangan H. Budiarjo. Sementara kami sendiri waktu itu masih sebagai mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Hasyim Asy’ari.

Ketika kami pulang dari belajar di Saudi Arabia pada tahun 1985, kami menemui Gus Dur di kantor PBNU. Kami ceritakan tentang hubungan kami dengan Prof. Dr. MM Azami, termasuk amanat beliau kepada kami untuk menerjemahkan kitab-kitabnya. Gus Dur sangat tertarik terhadap apa yang kami sampaikan, bahkan beliau punya keinginan untuk mengundang Prof. Dr. MM Azami suatu saat ke Indonesia. Gus Dur juga bercerita tentang ceramah Dies Natalis beliau tahun 1972 itu yang menurut beliau, “orang-orang nggak nyambung.”
Itulah hubungan kami dengan Gus Dur yang beliau sebut sebagai adik dalam pemikiran, yaitu pemikiran Ilmu Hadis, bukan pemikiran yang lain.”

(Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, Juli 2000), hal. 103-108)

imam besar Istiqlal KH Ali Yaqub

Takziyah untuk Prof. Dr. KH. Ali Mushthofa Yaqub. MA Posting salah satu perjalanan beliau dg Gus Dur. Artikel ini diperoleh dari web IIQ ...

Sabtu, 23 April 2016


Seminar Kebangsaan Di Hotel Pandanaran

Ratusan kader Fatayat lainnya hadir memenuhi ballroom Hotel Pandanaran Semarang. Seminar Kebangsaan ini digelar sehubungan dengan makin maraknya radikalisasi dan terorisme atas nama agama, sehingga NU (Nahdlatul Ulama) gencar berkampanye dan melakukan  berbagai rangkaian kegiatan untuk deradikalisasi. Antara lain  Ekspedisi Islam Nusantara yang keliling ke 40 kota kabupaten di Indonesia, berbagai program yang mengenalkan lebih jauh tentang Islam Nusantara, dan Dialog Lintas Iman dll.


Tema Seminar Kebangsaan kali ini adalah Penguatan kader Fatayat NU dalam rangka menangkal radikalisme berbasis agama.


Seminar Kebangsaan Di Hotel Pandanaran

Seminar Kebangsaan Di Hotel Pandanaran Ratusan kader Fatayat lainnya hadir memenuhi ballroom Hotel Pandanaran Semarang. Seminar Kebangsa...
Profil Nurul Hidayah



Nurul Hidayah
Ketua I Pengurus Cabang Fatayat Demak ini berdomisili di Karang Awen.
Selain bekerja sebagai pegawai  negeri sipil (PNS) di sebuah instansi, beliau juga mengelola lembaga penitipan anak dan PAUD di lingkungan tempat tinggalnya.


Profil Nurul Hidayah

Profil Nurul Hidayah Nurul Hidayah Ketua I Pengurus Cabang Fatayat Demak ini berdomisili di Karang Awen. Selain bekerja sebagai pegaw...

Jumat, 22 April 2016

RA Kartini nyantri pada Kyai Soleh Darat

Ketika RA Kartini belajar mengaji.

Suatu ketika RA Kartini mengikuti pengajian yang diberikan oleh Kyai Sholeh Darat di pendopo rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat yang juga merupakan pamannya.

Pada pengajian tersebut, Kartini yang mempunyai pembawaan kritis menyampaikan kegundahannya kepada Kyai Sholeh Darat bahwa selama ini dia dan masyarakat jawa pada umumnya belajar mengaji hanya membaca dan menghafalkan al Quran tanpa mengetahui maknanya.

Kegundahan Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar: menerjemahkan Al Quran ke dalam Bahasa Jawa.

Kiai Sholeh Darat pun memutuskan untuk melanggar aturan Belanda saat itu yang tak mengijinkan penerjemahan Al Qur’an ke dalam bahasa Jawa.

Supaya tidak mencolok, kyai Sholeh Darat menyamarkan terjemahan al Quran dalam bahasa Jawa tersebut dengan menuliskannya menggunakan alfabet arab. Bahasa jawa yang ditulis dengan alfabet arab ini dinamakan arab pegon yang sangat membantu orang jawa pada waktu itu dalam memahami al Quran.

Kitab tafsir dan terjemahan Qur’an ini diberi nama "Kitab Faidhur-Rohman" yang merupakan tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Kitab tersebut dihadiahkan kepada RA Kartini sebagai hadiah perkawinan.              
Melalui terjemahan Mbah Sholeh Darat itulah RA Kartini menemukan salah satu tafsir ayat yang menggugah hati RA Kartini dan senantiasa diulang-ulangnya dalam berbagai suratnya kepada sahabat penanya di Belanda, yaitu surat Al Baqarah ayat 257.

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).”

Kalimat: مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ (minazhzhulumaati ilannuur) dalam ayat tersebut dalam bahasa Belanda adalah : "Door Duisternis Toot Licht"  berarti dari kegelapan menuju cahaya (bukan habis gelap terbitlah terang).

Oleh Armijn Pane ungkapan ini diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang menjadi judul untuk buku kumpulan surat-menyurat RA Kartini.

Selamat Hari Kartini ...

*)Kyai Shaleh Darat yang juga guru dari Kyai Hasyim Ashari dan Kyai Ahmad Dahlan ini wafat di Semarang pada18 Desember 1903 dan dimakamkan di pemakaman umum “Bergota” Semarang. dalam usia 83 tahun.

Selamat hari Kartini...👍🏽😄👍🏽

RA Kartini nyantri pada Kyai Soleh Darat

RA Kartini nyantri pada Kyai Soleh Darat Ketika RA Kartini belajar mengaji. Suatu ketika RA Kartini mengikuti pengajian yang diberikan ole...

Wewarah Jawa

10 Filosofi Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga :

1. Urip Iku Urup
(Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)

2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar)

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
(Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).

9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)

Wewarah Jawa

Wewarah Jawa 10 Filosofi Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga : 1. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memb...

Profil Dian Nafi
Pecinta purnama, penikmat hujan. Lulusan Arsitektur Undip.
Pengelola PAUD. Founder komunitas Hasfriend. CEO Hasfa Publishing. Pegiat IIDN, FLP, KEB, GR, BP, WB dan
banyak komunitas lainnya. Blogger. Pimred DeMagz. Mentor Kampus Fiksi,
BeWriter, Hasfa Class, Kelas Inspirasi, DN Writing School, Akademi
Berbagi. Pemenang Favorit LMCR ROHTO 2011 dan 2013. Penulis Terpilih
WS Kepenulisan PBA dan KPK 2011, Penulis Terpilih WS Cerpen Kompas
2012. Profilnya dimuat di Harian Analisa Medan (2011) Buku Profil
Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia (KosaKataKita, 2012) Jawa
Pos-Radar Semarang (2013) Alinea TV (2014) Koran Sindo (2014) Tribun
Jateng (2015).

Menang Lomba Menulis bersama A Fuadi, dan antologi tersebut terpilih
sebagai nominasi kategori Buku dan Desain Sampul Non Fiksi Terfavorit
Anugerah Pembaca Indonesia 2012 dan masuk dalam Kick Andy. Novel GUS
masuk dalam short list Terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia 2015.
Penulis Novel Mayasmara.Tulisan dimuat di beberapa media, 22 buku
tunggal  dan 84 antologi/omnibook diterbitkan oleh berbagai penerbit.
Di antaranya: Jendela-Zikrul Hakim, Quanta-Elexmedia, Bentang,
Gramedia Pustaka Utama,  Leutika, Hasfa, Imania-Mizan, Familia, Qudsi,
Bypass, Javalitera, Plotpoint, Grasindo, Diandra, Bunyan, Divapress,
Erlangga, Prenada, Nuansa, Visi Media, Indiva.

http://www.diannafi.me/ |  http://www.hybridwriterpreneur.com l FB: ummihasfa |
Twitter: @ummihasfa | kbcahaya@gmail.com | 085701591957

Profil Dian Nafi

Profil Dian Nafi Pecinta purnama, penikmat hujan. Lulusan Arsitektur Undip. Pengelola PAUD. Founder komunitas Hasfriend. CEO Hasfa Publish...

Kamis, 21 April 2016

PROGRAM TURBA FATAYAT



Setelah rapat persiapan program Turba alias Turun Ke Bawah, akhirnya setiap hampir dua pekan sekali sebagian pengurus cabang Fatayat kemudian melakukan visit ke ranting-ranting. Berganti-ganti yang bisa datang. Kadang ketua dengan sekretaris, atau wakil ketua, atau dengan koordinator bidang-bidang. 

Kemarin saat Turba alias turun ke bawah sekaligus roadshow ke daerah-daerah, akhirnya terungkap, terceritakan dan tersadarkan bahwa Demak yang nota bene sebagai kota wali dan kota santri akhirnya kecolongan. Karena konon ada istri salah seorang tersangka teroris berasal dari Demak. 

Bagaimana ini bisa terjadi? Mungkin ada asumsi bahwa kecolongan ini disebabkan jamiyah, kumpulan pengajian baik Fatayat ataupun Muslimat dan NU ataupun jamiyah Islamiyah yang moderat pada umumnya, mengalami kendor. karena tak tampak ada pengajian dan kekuatan jamiyah, maka masuklah teroris itu.

kenapa pengajian itu menjadi sepi peminat?  
Kalau pengajiannya menarik dan memberi banyak manfaat mestinya tetap akan ada banyak pengunjung dan fans-nya.

Demi melihat ada daerah yang sempat kecolongan kemasukan teroris, kami saat ini lebih giat lagi turba untuk menghidupkan jamiyah moderat. sekaligus riset memikirkan terobosan-terobosan agar jamiyah ini menjadi menarik dan bermanfaat sehingga tetap diminati umat.

Doakan dan silakan usul ya, apa-apa saja yang bisa kita lakukan demi menghidupkan jamiyah ini.

PROGRAM TURBA FATAYAT

PROGRAM TURBA FATAYAT Setelah rapat persiapan program Turba alias Turun Ke Bawah, akhirnya setiap hampir dua pekan sekali sebagian pe...

 

Fatayat Kita © 2015 - Designed by Templateism.com, Distributed By Blogger Templates